Title: Even If I Die, I Can’t Let You Go
Rating/Genre : PG15 / Romance
Author : eghachan
Cast : Choi Kyungmin, Im Seulong, Shin Sungyoung
Disclamer: I don’t own any character of this fanfiction. They belongs to God and themselves. I don’t make money from this fanfiction, I made this just for fun, please don’t sue me. You can copy my fanfiction in anysites but please, give me full credit and not claim this as yours. Enjoy.
PART 1
“Kyungmin-ah, saranghaeyo…”
~ 7 Tahun Yang Lalu ~
Aneh.
Itu adalah kata yang pantas ku ucapkan saat bertemu dengannya. Betapa tidak? Saat pertama kali bertemu dengannya, ia sudah tahu namaku, bahkan nama lengkapku. Dan ia juga tahu tentang seluk beluk keluargaku, hingga nama kakek buyutku yang aku sendiri juga tidak tahu siapa namanya.
Dan beberapa hari kemudian, ia menyatakan perasaannya padaku. Katanya hanya butuh sedetik untuk bisa suka padaku. Karena ia telah jatuh cinta padaku sejak pandangan pertama.
Tapi aku dengan tegas menolaknya, karena bagiku, cinta bukanlah sesuatu yang bisa kita ungkapkan hanya dalam beberapa hari.
Love at first sight? Menurutku, kalimat itu hanya sebuah ungkapan belaka. Mana bisa kita langsung merasakan cinta pada orang yang belum kita kenal? Suka atau sekedar kagum mungkin, tapi kalau langsung jatuh cinta, aku rasa tidak. Itulah prinsip hidupku. Terlebih karena pengalaman masa laluku, membuatku sulit sekali untuk mempercayai seseorang ataupun menjalin hubungan dengannya.
Kalau tidak salah, namanya seulong. Im Seulong. Usianya 5 tahun lebih tua dariku, dan baru saja lulus dari SMA. Ia adalah tetangga baruku. Atau lebih tepatnya, aku lah tetangga barunya. Karena baru seminggu aku pindah di daerah ini bersama keluargaku. Rumahnya berjarak beberapa blok dari rumahku.
Ia adalah orang yang pertama kali menyapaku saat kami pindah di daerah ini. Ia juga lah yang mengenalkan diriku pada semua remaja di daerah itu. Dan ternyata ia lumayan terkenal di daerah itu. Karena hampir semua orang mengenalnya.
Kembali pada pernyataan perasaannya padaku. Seminggu setelah kami berkenalan, ia mengatakan kalau dia menyukaiku dan ingin menjadikanku sebagai pacarnya. Namun, karena tidak mempunyai perasaan apapun padanya akupun langsung menolaknya.
Tapi setelah penolakanku itu, ia tidak begitu saja menyerah. Malah ia semakin berusaha untuk menunjukkan perasaannya padaku. Ia sering mengajakku untuk berkumpul bersama anak-anak yang seumuran denganku.
Pernah suatu ketika saat kami berkumpul bersama, salah satu temannya bercerita bahwa ia sangat menyukaiku. Kapanpun ia bersama mereka pasti selalu membicarakan tentang diriku. Dia yang berada di tempat yang sama hanya tersenyum dan melanjutkan kegiatannya bermain gitar dan bernyanyi bersama teman-temannya yang lain.
Ia kembali memintaku untuk menjadi pacarnya sebulan kemudian. Namun kali ini aku menolaknya secara halus, dengan dalih ingin mengenalnya lebih jauh lagi. Saat itu, ia merasa senang sekali dengan perkataanku. Mungkin ia mengira aku memberikannya lampu hijau, namun bagiku, itu hanya salah satu alasan agar ia menyerah. Rencanaku adalah melakukan segala hal yang menyebalkan di hadapannya, agar ia melupakanku.
Rencana pertama adalah dengan tidak sengaja menghilangkan hadiah yang pernah ia berikan padaku.
”Mianhae, seulong-sshi. Aku tidak sengaja meninggalkan walkman yang kau berikan di kelas. Dan saat aku kembali sudah hilang.”
”Ah...tidak apa-apa. Sebaiknya kau lebih berhati-hati lain kali.” ucapnya.
Sebenarnya walkman pemberiannya sedang kupinjamkan kepada salah seorang temanku di kelas. Ia membelikanku walkman karena tahu satu-satunya walkman yang kumiliki sudah rusak. Dan ia tahu kalau aku suka sekali mendengarkan musik saat sendirian, jadi ia membelikanku walkman tersebut tepat saat kembali menyatakan perasaannya padaku.
Rencana selanjutnya adalah aku akan menolak semua ajakannya untuk berkumpul bersama teman-temannya yang lain.
”Jadi, malam ini kau juga tidak bisa keluar rumah?” tanyanya
”Sepertinya begitu, aku harus mengajari adikku belajar.”
~
”Kyungmin-ah, aku antarkan kau sekolah yah.” ajaknya
”Gomawo, tapi aku sudah janji dengan sungyoung akan pergi bersama pagi ini. Mungkin lain kali.”
”Kalau begitu pulang sekolah saja aku jemput?”
”Aku tidak tahu pulang jam berapa. Karena hari ini akan ada pelajaran tambahan.”
Berkali-kali aku menolak ajakannya untuk pergi bersama. Dan ia hanya menerimanya dengan pasrah dan mungkin sedikit kecewa.
Sampai suatu hari, ia nekat membawaku yang baru saja pulang sekolah pergi dengan motornya. Ia tidak berkata apapun, hanya menarikku untuk naik ke atas motornya, dan langsung mengendararai motor itu dengan kecepatan yang cukup tinggi. Aku sempat melihat wajahnya yang terlihat agak marah.
”Sepertinya rencanaku berhasil” pikirku.
Akhirnya kami berhenti di sebuah taman yang belum pernah kulihat sebelumnya. Ia langsung turun dari motornya dan berdiri di hadapanku yang masih berada di atas motornya.
”Aku kecewa padamu, kyungmin.” ujarnya serius.
”Apa maksudmu?” aku hanya menanggapinya dengan santai.
”Kau tidak perlu memberiku harapan jika kau tidak suka padaku.” lanjutnya, bisa kulihat matanya hampir berkaca-kaca.
Baru kali ini kulihat seorang laki-laki menangis. Terlebih dihadapan seorang perempuan sepertiku.
”Aku benar-benar tidak tahu apa yang kau katakan.” elakku lagi.
”Aku mencintaimu, kyungmin. Dengan semua perhatian yang kuberikan padamu, apa belum cukup untuk membuktikan hal itu?”
”...” aku pun terdiam mendengar perkataannya.
”Mulai saat ini kau tidak usah menghindariku lagi. Aku akan berusaha melupakan semuanya. Tapi kuharap kita masih bisa menjadi teman. Kau tidak akan menghindariku sebagai teman kan?”
”Aku tidak pernah menghindarimu.”
”Apa namanya kalau bukan menghindari? Kau selalu mencari alasan saat aku ingin bersama denganmu. Entah karena urusan sekolah ataupun urusan keluarga. Saat kau bilang sedang ada pelajaran tambahan, ternyata hari itu kau pulang seperti biasa. Dan saat kau bilang ingin pergi bersama temanmu, ternyata kau pergi sendirian. Sebegitu tidak inginkah kau pergi denganku?”
”Darimana kau tahu?”
Semua perkataannya benar, semua alasan yang kukatakan hanya kebohongan yang semata-mata kubuat untuk menghindarinya.
”Aku selalu memperhatikanmu setiap hari. Saat kau akan berangkat sekolah, ataupun saat kau pulang sekolah.”
”...” aku terdiam kembali. Laki-laki di hadapanku ini hanya menunduk dan akhirnya duduk di sampingku.
”Maaf, kalau pernyataan cintaku menjadi beban untukmu. Mulai besok aku takkan pernah mengganggumu lagi.” ujarnya lembut. Kini sikapnya sudah kembali seperti biasa.
it was really hard. when i loved you,
nothing happened the way i wanted it to
i keep promising myself to stop bothering you
even though i wait until death, you won’t come
goodbye, my love. i’ll let you go now.
the remembrances and the memories, i’ll forget them all
i’ll erase and erase and empty out every drop of love from my heart
Dia memandangiku yang masih terdiam dan akhirnya mengajakku pulang. Selama di perjalanan, kami hanya diam. Baik aku maupun dia sama-sama tidak mengucapkan satu patah katapun. Begitu terus hingga sampai di depan rumahku.
”Gomawo.” kataku saat turun dari motornya dan menuju ke rumahku. Dia berlalu pergi tanpa mengucapkan apa-apa, hanya senyum kecil yang terlihat di sudut bibirnya.
***
Dua minggu setelah kejadian itu, seulong benar-benar pergi dari kehidupanku. Ia berhenti menemuiku dan jika kami berpapasan di jalan, ia hanya tersenyum tanpa menyapaku lebih jauh. Kami bagaikan dua orang yang tidak pernha mengenal sebelumnya. Ia benar-benar melakukan apa yang dikatakannya padaku. Tidak akan pernah menggangguku lagi.
Jujur, aku senang dengan keadaan seperti ini, namun entah mengapa, hati kecilku merasa ada yang salah dengan semua ini. Aku mulai merindukan lelucon-lelucon garing yang ia buat dan kehilangan senyumnya yang lembut. Aku sedikit merasa bersalah karena perlakuanku padanya.
Pernah ku utarakan hal ini pada sahabat baruku, sungyoung, ia berkata kalau aku mulai menaruh hati pada seulong. Katanya, cinta bisa datang karena terbiasa. Karena aku telah terbiasa bersama seulong, jadi saat ia mulai menghindar, aku menjadi merasa kehilangan dirinya. Ia menasehatiku untuk lebih membuka hatiku pada seulong.
”Apa kau membencinya?” tanya sungyoung padaku
”Aniya” jawabku sambil menggeleng.
”Lalu, apa salah jika ada orang yang suka padamu? Sampai kapan kau akan memikirkan trauma masa lalumu itu? Kau harus bisa melupakan laki-laki yang telah menyakitimu. Kau harus berubah, kyungmin!” aku tahu saat itu sungyoung sedikit kesal padaku.
”Jadi aku harus bagaimana?”
”Hanya kau yang bisa menjawab pertanyaan itu.Tanya pada dirimu sendiri, apa kau siap untuk kembali membuka hatimu untuk seseorang?”
Setelah curhat pada sungyoung, akupun sedikit memikirkan perasaanku pada seulong. Memang sikapku padanya sudah sangat keterlaluan, aku merasa sedikit bersalah padanya. Akupun memutuskan untuk menemuinya dan meminta maaf padanya serta memberitahukan perasaanku padanya. Memang aku belum benar-benar suka padanya, namun aku akan sedikit membuka hatiku untuknya.
***
Sepulang sekolah, tidak sengaja aku bertemu dengannya. Dengan sedikit rasa malu dan segan, kuberanikan diri menyapanya.
”Annyeong seulong-sshi.” sapaku.
“Ne, annyeong, kyungmin. Baru pulang sekolah?” tanyanya.
Ia bersikap seperti biasanya. Tidak seperti orang yang pernah menyatakan perasaannya padaku. Sikapnya kali ini, sama seperti saat pertama kali kami bertemu.
”Nde, apa kau ada sedikit waktu hari ini?” tanyaku
”Waeyo?”
”Ada yang ingin kubicarakan denganmu.”
”Bicara saja sekarang, aku akan mendengarnya.” ia melipat tangannya dan menatapku dengan serius.
”Tidak di sini. Apa bisa kita pergi ke taman waktu itu?” ajakku.
”Apakah ini persoalan yang serius?” tanyanya sambil tertawa.
”Nde, aku harus bicara berdua denganmu.” aku hanya diam saat ia menertawaiku.
”Arasso, ayo kita pergi.” kemudian ia mengajakku pergi dengan motornya yang terparkir tidak jauh dari situ.
Tanpa pulang ke rumah, aku langsung saja pergi dengannya menuju taman. Selama perjalanan, dadaku berdebar cukup kencang, berharap-harap cemas tentang apa yang akan terjadi nanti.
Sesampainya di taman, ia mengajakku duduk di bangku yang berada di tengah taman.
”Nah, apa yang ingin kau bicarakan?” ia duduk di sampingku dengan santai.
”...” aku terdiam sebentar.
Sepertinya dia masih menungguku untuk bicara.
”Mianhae...jongmal mianhae....” kataku sambil memandang ke arahnya.
”Hey...kenapa kau minta maaf padaku? Sepertinya kau tidak pernah berbuat kesalahan sebelumnya.”
”Maaf aku telah membuatmu kecewa.”
”Oh...maksudmu masalah kita waktu itu? Tenang saja. Aku sudah melupakan semuanya. Aku tidak akan memaksamu untuk menyukaiku. Aku sudah menepati janjiku untuk tidak mengganggumu kan?”
Akupun mengangguk.
”Maukah kau tidak menghindariku seperti ini? Kembalilah seperti seulong yang selalu ceria di hadapanku. Semenjak kau menjauh, jujur, aku sedikit kehilangan dirimu.”
”Benarkah?” tanyanya tak percaya
”Ne...aku tidak berbohong. Apa pernyataanmu masih berlaku? Atau kau sudah tidak merasakannya lagi?” tanyaku
Aku sudah bertekad akan berterus terang sekarang. Biar ia menganggap aku perempuan gampangan atau apa aku tak perduli. Selama aku sudah berlaku jujur padanya, hatiku tak akan pernah menyesalinya.
”Pernyataan yang mana?” tanyanya
”Apa kau masih suka padaku?”
Jika aku bisa bercermin sekarang, mungkin wajahku akan berwarna sangat merah karena menahan rasa malu yang cukup besar. Bisa dibilang kali ini aku sedang mengemis sebuah cinta yang telah pergi dariku. Apapun jawaban yang akan diberikannya, aku akan terima, pikirku.
”Mengapa kau bertanya seperti itu?”
”Aku hanya ingin tahu.”
”Bukankah kau tidak suka denganku? Mengapa kau mengungkit hal itu lagi? Aku sudah berusaha melupakan dirimu.”
Mendengar jawabannya, aku merasa sedikit menyesal telah berbuat jahat padanya.
”Jadi, kau tidak suka padaku lagi?”
Even though I'm young, the pain is the same
Just because I don't know the world very well
Doesn't mean that I don't know pain
”Aku tidak mau menyakiti hatiku dengan menyukai orang yang tidak menyukaiku. Jadi, aku berusaha untuk tidak menyukaimu lagi.” jawabnya lirih.
”Apa kau mau menerimaku sekarang? Jika aku bilang bahwa aku akan mencoba membuka hatiku untukmu.”
Ia terlihat kaget sekali dengan penjelasanku. Sepertinya ia tidak percaya kata-kata itu meluncur dari mulutku, perempuan yang telah menyakiti hatinya.
”Aku baru tahu kalau kau pandai sekali bercanda, kyungmin.” ujarnya sambil tertawa.
”Aku tidak bercanda.” jawabku serius.
”Apa yang kau rencanakan kali ini?” tanyanya.
”Tidak ada. Kali ini aku serius. Aku akan berusaha menyukaimu. Seperti katamu, kita akan berteman. Walaupun sangat sulit membuka hatiku untuk laki-laki, tapi aku akan berusaha lagi.”
”Apa ini karena mantanmu changmin?” tanyanya
”Bagaimana kau tau?” tanyaku heran
Darimana ia tahu tentang masalahku dengan changmin? Aku belum pernah menceritakan tentang dia pada siapapun, kecuali sungyoung. Tapi sungyoung sudah berjanji tidak akan menceritakan masalah ini pada siapapun.
”Jadi, benar. ” ujarnya.
Ia diam sejenak, lalu kembali berkata, ”Kalau itu alasannya, Aku berjanji tidak akan melakukan perbuatan itu padamu. Aku benar-benar menyukaimu, kyungmin.”
”Apa kau sungguh-sungguh?” tegasku.
”Ne, aku berjanji.”
Mungkin apa yang dikatakan sungyoung benar, tidak semua laki-laki itu seperti changmin, mantan pacarku yang bejat itu. *oppa....mianhae....demi cerita*
Setelah berpacaran setengah tahun denganku, ternyata sifat aslinya baru terlihat. Dia itu seorang maniak. Setiap bertemu denganku, ia pasti selalu saja berusaha ingin menyentuh tubuhku. Hingga suatu hari ia berusaha memperkosaku sepulang sekolah. Dan sejak kejadian itu, akupun putus dengannya dan tersiar kabar bahwa ia telah menghamili salah seorang adik kelasku. Padahal ia adalah laki-laki pertama yang kucintai. Dia adalah cinta pertamaku sebagai seorang perempuan.
Karena kejadian itu, aku menjadi sedikit menutup hatiku untuk laki-laki. Aku hanya akan menganggap mereka semua teman, tidak lebih. Karena trauma itu masih melekat erat pada diriku.
Pada awalnya aku merasa seperti itu pada seulong, tapi setelah aku mengenalnya, aku merasa ia berbeda dengan changmin.
”Sekali lagi, maafkan aku.”
”Tidak apa, kyungmin.” jawabnya.
Kamipun mulai mengobrol dengan santai, dia menceritakan bahwa selama ia menjauhi, perasaannya selalu tak menentu. Ia merasa kalau yang dilakukanya salah, tapi ia tidak mau aku membencinya jadi ia bertahan.
Aku sempat berpikir bahwa perbuatannya menjauh dariku hanya sebuah taktik untuk membuatku berpaling dan memikirkannya, namun sebelum aku bertanya hal itu padanya, ia sudah menjelaskan semuanya. Bahwa perbuatannya ini murni karena ia takut aku membencinya dan juga untuk menghargai perasaanku.
Setelah cukup sore, ia mengajakku pulang, dan memperlihatkan kembali senyumnya yang lembut.
"Jadi, apa boleh aku mengantar dan menjemputmu setiap hari?” tanyanya saat sampai di depan rumahku.
”Boleh saja. Sampai jumpa.”
Itulah awal pertemuanku dengannya, dan juga awal dari kisah percintaan kami yang cukup rumit dan kadang dipenuhi airmata. Kisah dengan laki-laki yang akan kucintai hingga akhir hayatku.
To be continue....
Tolong dikomen yah....
Last edited by mz_kyungmin on Mon Aug 23, 2010 6:07 pm; edited 1 time in total
Wed Aug 03, 2011 4:22 am by Guest
» increase backlink backlinks service
Tue Aug 02, 2011 4:03 am by Guest
» pkv vergleich beamte
Mon Aug 01, 2011 2:04 am by Guest
» Plan Your Trip to Canada
Sun Jul 31, 2011 2:11 am by Guest
» Antiskoutsinc
Fri Jul 29, 2011 9:57 am by Guest
» Where can I make a timeline and save it to put on a Weebly website?
Wed Jul 27, 2011 1:34 pm by Guest
» No Blue Screen Canvas in FCP-Enjoy HD video editing in FCP 6/7 with AVCHD to Apple ProRes 422 conversion
Thu Jul 07, 2011 12:51 pm by kyogoku
» Acer A500 DLNA-Stream Acer Iconia Tab A500 Videos to DLNA Certified TV through DLNA
Mon Jul 04, 2011 4:15 pm by kyogoku
» Transfer/Convert Sony HDR-CX150 AVCHD MTS Movie to Apple ProRes for Final Cut Pro on Mac
Tue Jun 28, 2011 4:12 pm by kyogoku